Sabtu, 05 Oktober 2024

Rute Walking Tour Wisata Kampung Peneleh, Menilik Jejak Sejarah Masa Lampau

Surabaya memiliki banyak destinasi wisata sejarah, salah satunya Walking Tour Wisata Kampung Peneleh. Wisata ini memberikan kesempatan untuk berkeliling Kampung Peneleh.

Kampung Peneleh diyakini merupakan kampung tertua yang ada di Surabaya. Beberapa tempat historis bisa dikunjungi saat datang ke kampung tersebut.

Rute Walking Tour Kampung Peneleh Surabaya

Saking banyaknya lokasi yang menyimpan nilai sejarah, terdapat sebuah peta yang disebut sebagai Rute Walking Tour Wisata Kampung Peneleh. Lantas, mana saja tempat yang bisa dikunjungi saat berada di kampung ini?

1. Lodji Besar


Kampung Peneleh Surabaya memiliki destinasi kuliner yang tak boleh dilewatkan. Selain itu kampung Peneleh menyimpan jejak peradaban di masa lampau hingga menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan Indonesia. 

Senada dengan lingkungan sekitarnya yang menyimpan nilai historis, kafe bernama Lodji Besar ini juga mengusung tema klasik zaman penjajahan. Kafe ini persis di seberang Makam Peneleh dengan alamat Jalan Makam Peneleh No 44, Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya.

Buka setiap hari pukul 10.00 - 24.00 WIB, pengunjung dapat merasakan serunya makan 
dengan nuansa londo di tempat ini. Suasana tempo dulu langsung bisa dirasakan saat pertama kali mendatangi tempat ini.

Biasanya tempat ini menjadi titik kumpul atau objek wisata pertama saat akan memulai Walking Tour.

2. Makam Eropa Peneleh


Tidak jauh dari Lodji Besar, di Kampung Peneleh juga memiliki komplek pemakaman Eropa. Makam seluas 6,5 hektare yang diresmikan pada 1 Desember 1847 ini menjadi bukti sejarah Surabaya pernah menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda.

Makam dengan sebutan De Begraafplaats Soerabaia dalam bahasa Belanda ini setidaknya memiliki delapan makam tokoh-tokoh penting di sana. Bahkan, ada beberapa makam dengan lambang freemason yang masih terlihat jelas.

Makam ini sering menjadi tujuan wisata heritage untuk mempelajari jejak pemerintahan Hindia Belanda masa lampau. Tak sedikit pengunjung yang datang untuk melakukan penelitian ilmiah di sana.

3. Sumur Jobong


Sumur Jobong adalah salah satu bukti yang menguatkan bahwa Kampung Peneleh merupakan kampung tertua di Surabaya. Diduga, sumur ini merupakan peninggalan pada era Kerajaan Majapahit.

Sumur ini ditemukan di Jalan Pandean Gang I, RT 1, RW 13, Kelurahan Peneleh pada akhir 2018. Penemuan sumur tua ini terjadi secara tidak sengaja ketika sedang dilakukan penggalian saluran air untuk menyelesaikan permasalahan banjir di lokasi tersebut.

Setelah sumur tua ini ditemukan, Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan Jawa Timur langsung turun untuk melakukan penelitian. Hasilnya, terdapat fragmen keramik, tembikar atau gerabah, dan batu bata kuno yang menunjukkan jejak peradaban kuno.

Fragmen keramik berwarna cokelat muda diyakini merupakan bagian kupingan botol keramik dari masa kolonial. Selain itu, terdapat keramik lain berwarna dasar putih dengan garis biru yang merupakan kaki atau bagian bawah dari mangkuk.

Fragmen tembikar atau gerabah diketahui merupakan fragmen bagian tepian dari benda sejenis periuk atau wajan. Sementara fragmen bata kuno menjadi bukti kuat jejak peradaban masa lampau, sebab ukurannya yang di atas rata-rata dengan tebal 7 cm dan lebar 20-20,5 cm.

Bersamaan dengan ditemukannya Sumur Jobong, ada tulang manusia yang diperkirakan hidup antara tahun 1430-1608 yang bisa dilihat saat berkunjung ke sana. Setelah dilakukan pencocokan DNA, ternyata tulang tersebut juga diketahui merupakan leluhur dari beberapa warga Jalan Pandean.

4. Rumah Lahir Bung Karno


Selain menyimpan jejak kekunoan, Kampung Peneleh ternyata menjadi tempat lahir Ir Soekarno. Terletak di Gang Pandean IV No. 40, Peneleh, Surabaya, pada 6 Juni 1901, lahirlah sosok yang kelak menjadi proklamator kemerdekaan Indonesia.


Rumah lahir Bung Karno tampak sederhana, tanpa halaman dan serambi. Ukurannya pun tak terlalu luas yang terdiri dari ruang tamu, ruang makan, dua kamar tidur, serta dapur.

Berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Surabaya Nomor 188.45/321/436.1.2/2013, rumah ini dinyatakan sebagai bangunan cagar budaya. Bangunannya juga sempat direnovasi pada 2023.

Saat memasuki ruang tamu, terdapat tulisan "Saya dilahirkan di Surabaya, jadi saya arek Suroboyo". Tulisan di dinding ini merupakan pernyataan Bung Karno pada 1964 saat menghadiri penerimaan gelar kehormatan honoris causa ke-25 di Universitas Padjadjaran, Bandung.

Selain tulisan tersebut, ada foto-foto, keterangan, dan berbagai karya digital yang menarik perhatian. Selain itu, riwayat hidup Bung Karno secara lengkap juga bisa dilihat di rumah ini.

5. Rumah HOS Tjokroaminoto


Selain kediaman Bung Karno, rupanya rumah Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto juga berada di komplek Kampung Peneleh. Terletak di Jalan Peneleh Gang VII Surabaya, rumah ini menjadi tempat belajar tokoh-tokoh muda perintis kemerdekaan termasuk Ir. Soekarno semasa muda.

Saat melihat tampak depan rumah HOS Tjokroaminoto, terasa nuansa klasik Jawa yang sederhana. Rumah yang dibangun pada 1870-an ini memiliki pagar setinggi 1 meter dan empat pilar penyangga atap di bagian depannya.

Pada ruang tamunya, terdapat empat buah kursi kuno dan meja yang disusun rapi pada sebelah kanan ruangan. Rak peralatan rumah tangga dengan lima foto kuno HOS Tjokroaminoto saat aktif di Sarekat Islam juga tampak berada di dekat kursi tamu.

Memasuki bagian dalam, ada dua kamar yang saling berhadapan. Ada pula sebuah kamar yang menyatu dengan bagian atap tempat HOS Tjokroaminoto mengajar murid-muridnya. Dulunya, tempat ini juga dijadikan ruang tidur bagi Bung Karno.

6. Langgar Dukur Kayu


Perjuangan arek Suroboyo merebut kemerdekaan santer terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Berbagai peristiwa pertempuran juga pernah terjadi di wilayah berjuluk Kota Pahlawan ini.

Salah satu jejak perjuangan tersebut ada pada Langgar Dukur Kayu yang terletak di permukiman padat penduduk Jalan Lawang Seketeng VI, Peneleh, Surabaya. Bangunan tempat ibadah ini didirikan sejak 1893, dibuktikan dengan prasasti berbahasa Arab di mimbar langgar.

Tulisan dalam prasasti lawas tersebut berbunyi dalam bahasa Jawa "awitipun jumeneng puniko langgar tahun 1893 sasi setunggal". Dalam bahasa Indonesia, tulisan ini memiliki arti "bangunan ini didirikan pada tahun 1893 bulan pertama,".

Musala ini pernah menjadi tempat mengaji Bung Karno semasa kecil dan menjadi tempat berkumpul para pejuang kemerdekaan. Pemuda dari Partai Nahdlatul Ulama juga dulunya kerap berdiskusi di tempat ini, terlihat dari plakat Partai NU yang masih utuh menempel di lantai bawah Langgar.

Jejak-jejak kekunoan yang bisa ditemukan di tempat ini antara lain Al-Qur'an berstempel Kerajaan Hindia Belanda, tongkat mimbar menyerupai pusaka tombak di bagian atas langgar, dan pigura yang membingkai lembaran rumusan ilmu falak berisi catatan jadwal salat dan hari besar Islam. Ada pula lembaran kuno lain berisi catatan ilmu tahun masehi serta grendel atau kunci pintu musala dari pabrikan Belanda yang masih utuh.

7. Masjid Jami Peneleh



Selain Langgar Dukuh Kayu, di Kampung Peneleh tepatnya Jalan Peneleh Gang V juga terdapat rumah ibadah Islam yang diyakini sebagai masjid tertua di Surabaya. Masjid ini didirikan pada abad ke-14 oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel.

Jika dilihat dari sisi atas, masjid ini tampak seperti perahu terbalik yang menghadap ke sisi barat dengan filosofi mengajakmuslim untuk beribadah ke arah kiblat yaitu Makkah. Pada bagian dalam serambi masjid, terdapat sebuah sumur tua yang konon terhubung ke Masjid Ampel berdiameter 50 cm yang saat ini sudah ditutup.

Memasuki bagian dalam masjid, ada 10 tiang dengan bahan kayu jati yang kokoh tersambung dengan langit-langit masjid. Tiang-tiang itu memiliki julukan Soko Guru yang melambangkan 10 malaikat Allah.

Dengan luas 999 meter persegi, nuansa klasik masjid ini masih sangat terasa kental. Terdapat aksen kayu berwarna cokelat, jendela berukuran besar, dan dikelilingi 25 ventilasi cantik yang memiliki ukiran aksara arab bertuliskan nama 25 nabi.

8. Jembatan Peneleh


Setelah mengunjungi tempat-tempat yang memilki sejarahnya tersendiri, rute terakhir yang dikunjungi saat Walking Tour di Kampung Peneleh ialah Jembatan Peneleh yang merupakan saksi bisu pertempuran arek-arek suroboyo pada tahun 1945.

Jembatan Peneleh merupakan salah satu jembatan tua dan bersejarah di Kota Surabaya. Jembatan yang ada di atas Kalimas ini dibangun sekitar tahun 1890-an oleh pemerintah Hindia Belanda.

Jembatan Peneleh dibangun dengan konstruksi besi baja pada bagian tiang dan pagarnya. Sementara pada bagian trotoarnya menggunakan kayu jati lama. Jembatan ini, lanjut Nanang, dibangun hampir bersamaan dengan Jembatan Merah yang menghubungkan kawasan Eropa dan Pecinan.

Jembatan Peneleh sendiri menghubungkan wilayah Peneleh dan Alun-alun Contong. Pada zaman dahulu pembangunan jembatan ini bertujuan untuk menghubungkan dua wilayah, mempermudah komunikasi dan transportasi.

Penulis Buku Benteng-benteng Soerabaia ini menyebutkan, pejuang yang berasal dari Pandean, Peneleh menghadang tentara sekutu dari atas dan bawah jembatan. Sementara pejuang yang berasal dari Bubutan, Alun-alun Contong, Keraton berada di sisi barat jembatan.

Untuk lebih lanjut tentang wisata di Surabaya bisa mengakakses rekomendasi paket wisata kami di tautan berikut: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jelajah Jawa Timur - 3 Destinasi Seru Sekitar Surabaya yang Wajib Kamu Coba!

Buat liburanmu makin seru dengan mengunjungi 3 destinasi di sekitar Surabaya yang penuh dengan keindahan dan petualangan!🌄 Gunung Bromo, Ma...