Surabaya memiliki banyak destinasi wisata sejarah, salah satunya Walking Tour Wisata Kampung Peneleh. Wisata ini memberikan kesempatan untuk berkeliling Kampung Peneleh.
Kampung Peneleh diyakini merupakan kampung tertua yang ada di Surabaya. Beberapa tempat historis bisa dikunjungi saat datang ke kampung tersebut.
Rute Walking Tour Kampung Peneleh Surabaya
Saking banyaknya lokasi yang menyimpan nilai sejarah, terdapat sebuah peta yang disebut sebagai Rute Walking Tour Wisata Kampung Peneleh. Lantas, mana saja tempat yang bisa dikunjungi saat berada di kampung ini?
Rumah lahir Bung Karno tampak sederhana, tanpa halaman dan serambi. Ukurannya pun tak terlalu luas yang terdiri dari ruang tamu, ruang makan, dua kamar tidur, serta dapur.
Berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Surabaya Nomor 188.45/321/436.1.2/2013, rumah ini dinyatakan sebagai bangunan cagar budaya. Bangunannya juga sempat direnovasi pada 2023.
Saat memasuki ruang tamu, terdapat tulisan "Saya dilahirkan di Surabaya, jadi saya arek Suroboyo". Tulisan di dinding ini merupakan pernyataan Bung Karno pada 1964 saat menghadiri penerimaan gelar kehormatan honoris causa ke-25 di Universitas Padjadjaran, Bandung.
Selain tulisan tersebut, ada foto-foto, keterangan, dan berbagai karya digital yang menarik perhatian. Selain itu, riwayat hidup Bung Karno secara lengkap juga bisa dilihat di rumah ini.
Selain kediaman Bung Karno, rupanya rumah Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto juga berada di komplek Kampung Peneleh. Terletak di Jalan Peneleh Gang VII Surabaya, rumah ini menjadi tempat belajar tokoh-tokoh muda perintis kemerdekaan termasuk Ir. Soekarno semasa muda.
Saat melihat tampak depan rumah HOS Tjokroaminoto, terasa nuansa klasik Jawa yang sederhana. Rumah yang dibangun pada 1870-an ini memiliki pagar setinggi 1 meter dan empat pilar penyangga atap di bagian depannya.
Pada ruang tamunya, terdapat empat buah kursi kuno dan meja yang disusun rapi pada sebelah kanan ruangan. Rak peralatan rumah tangga dengan lima foto kuno HOS Tjokroaminoto saat aktif di Sarekat Islam juga tampak berada di dekat kursi tamu.
Memasuki bagian dalam, ada dua kamar yang saling berhadapan. Ada pula sebuah kamar yang menyatu dengan bagian atap tempat HOS Tjokroaminoto mengajar murid-muridnya. Dulunya, tempat ini juga dijadikan ruang tidur bagi Bung Karno.
Perjuangan arek Suroboyo merebut kemerdekaan santer terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Berbagai peristiwa pertempuran juga pernah terjadi di wilayah berjuluk Kota Pahlawan ini.
Salah satu jejak perjuangan tersebut ada pada Langgar Dukur Kayu yang terletak di permukiman padat penduduk Jalan Lawang Seketeng VI, Peneleh, Surabaya. Bangunan tempat ibadah ini didirikan sejak 1893, dibuktikan dengan prasasti berbahasa Arab di mimbar langgar.
Tulisan dalam prasasti lawas tersebut berbunyi dalam bahasa Jawa "awitipun jumeneng puniko langgar tahun 1893 sasi setunggal". Dalam bahasa Indonesia, tulisan ini memiliki arti "bangunan ini didirikan pada tahun 1893 bulan pertama,".
Musala ini pernah menjadi tempat mengaji Bung Karno semasa kecil dan menjadi tempat berkumpul para pejuang kemerdekaan. Pemuda dari Partai Nahdlatul Ulama juga dulunya kerap berdiskusi di tempat ini, terlihat dari plakat Partai NU yang masih utuh menempel di lantai bawah Langgar.
Jejak-jejak kekunoan yang bisa ditemukan di tempat ini antara lain Al-Qur'an berstempel Kerajaan Hindia Belanda, tongkat mimbar menyerupai pusaka tombak di bagian atas langgar, dan pigura yang membingkai lembaran rumusan ilmu falak berisi catatan jadwal salat dan hari besar Islam. Ada pula lembaran kuno lain berisi catatan ilmu tahun masehi serta grendel atau kunci pintu musala dari pabrikan Belanda yang masih utuh.
7. Masjid Jami Peneleh
Selain Langgar Dukuh Kayu, di Kampung Peneleh tepatnya Jalan Peneleh Gang V juga terdapat rumah ibadah Islam yang diyakini sebagai masjid tertua di Surabaya. Masjid ini didirikan pada abad ke-14 oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel.
Jika dilihat dari sisi atas, masjid ini tampak seperti perahu terbalik yang menghadap ke sisi barat dengan filosofi mengajakmuslim untuk beribadah ke arah kiblat yaitu Makkah. Pada bagian dalam serambi masjid, terdapat sebuah sumur tua yang konon terhubung ke Masjid Ampel berdiameter 50 cm yang saat ini sudah ditutup.
Memasuki bagian dalam masjid, ada 10 tiang dengan bahan kayu jati yang kokoh tersambung dengan langit-langit masjid. Tiang-tiang itu memiliki julukan Soko Guru yang melambangkan 10 malaikat Allah.
Dengan luas 999 meter persegi, nuansa klasik masjid ini masih sangat terasa kental. Terdapat aksen kayu berwarna cokelat, jendela berukuran besar, dan dikelilingi 25 ventilasi cantik yang memiliki ukiran aksara arab bertuliskan nama 25 nabi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar